Teruntuk cahaya mungil di langit sana:
Kau patut diapresiasi karena masih berani menampakan terangmu di malam yang seharusnya menjadi milik purnama. Sekali pun potensi dijadikan objek komparasi datang bertubi-tubi, engkau tetap rela bercahaya. Karena bagimu, bukan perihal siapa yang paling terang, keturutsertaan dalam satu kejadian lebih dari sekadar cukupan.
Cahayamu pun kalah oleh yang di bawah sini. Pendar ibu kota nyatanya makin menyurutkan silaumu hingga seakan kau hanya mampu berkilap sayup. Ada, namun tak bermakna.
Salah!
Janganlah merasa kecil hanya karena nyalamu kalah oleh polusi cahaya kota. Berbesar hatilah karena cuma cahayamu yang mampu bersanding dengan kilau paling terang di malam ini. Dengan warna artifisial metropolitan yang penuh tipu daya.
Dan kita hanya belum dekat.
Kau hanya masih terlalu jauh.
Namun aku tahu, engkau jauh lebih besar dari rembulan, dari bumi, dari surya dan seluruh yang mengelilinginya.
Ganjilmu menggenapkan belantara kota.
September 2024


Tinggalkan komentar