Fragmen Cahaya

Senoktah cahaya di ujung sana mulai terjangkau mata. Lamat-lamat memberkas. Menerangi lingkup penglihatan dengan pendarnya yang menyeruak liar. Bagai bara yang disiram minyak. Semakin berani, semakin nampak. Berteriak penuh menyalak.

Perlahan, pendar itu menyusut. Terkikis oleh gelap yang terus melahap. Hitam dan putih. Mendominasi dan terdominasi. Sang putih seakan menarik diri karena malu. Tahu bahwa dirinya tak mampu.

Tidak tahu bahwa dirinya mampu.

Mozaik putih di ujung berkedip. Hanya tinggal secercah. Tersisa sezarah. Mulai menyapa musnah. Ada yang membuncah di dalam sini. Siapkah mata melepasnya pergi? Salahkah kami jika berharap ia kembali?

Jawabnya: Tidak.

Fragmen cahaya timbul di mana-mana. Kilaunya menabur kembali asa yang hampir hilang. Putih dan hitam. Berekspansi dan tereparasi. Putih yang menarik diri telah kembali membawa mimpi. Kembali menanamkan sepucuk harapan.

Fragmen cahaya kembali percaya diri.

Tinggalah lahir memenuhi usaha. Membesarkan daya. Memantapkan hati. Mengisi energi, berjuang sampai mati.

Ingatlah: Fragmen cahaya takkan pernah mati, tapi terwarisi.

H-60 (?) menjelang UN SMA, 2016.


Komentar

Tinggalkan komentar