Mentari Tanpa Embun

Tergambar jelas dari kanvas itu: Refleksi mentari pagi di atas genangan. Terlukis pula langit yang masih tersaput awan sisa hujan tempo hari. Seakan siap membayang-bayangi hari yang terasa tak punya ruang akhir.

Embun di penghujung langit terlihat penuh keraguan. Antara ingin turun dan menyapa fana, atau kembali mengkristal dalam konstelasi awan. Teguh pada tempatnya. 

Dilematisme terus mendesak. Akankah bertahan di langit penuh rintang dan membeku oleh perasaannya sendiri? Atau menerima konsekuensi dan bertransformasi menjadi wujud yang sedemikian baru.

Kelak genangan tadi akan mengering tak membekas hingga petang menjelang. Embunpun belum tentu mau terjun kembali mengisi sang kanvas. Mentari berjuang membakar semua yang ada. Habis tak bersisa. Hilang tak berasa.

Memusnahkan segala kesedihan yang melukakan hati. Membinasakan air mata yang perlahan mengering. Mencipta suasana baru yang penuh kehangatan. Penuh kebahagiaan. Kaya suka cita.

Mari menyambut fajar tanpa beban. Mencecap mentari, ucapkan selamat pagi.

H-60 (?) UN SMA, 2016.


Komentar

Tinggalkan komentar