Hampa

Ada yang bilang, ketidaktahuan adalah kebahagiaan. Ketenangan.. Yang bisa dengan mudah diperoleh dari sekadar ketidakpedulian.

Boleh jadi ia benar. 

Tapi, sampai kapan?

Apa yang kita butuhkan sudah ada di hadapan. Nyatanya seringkali kita lupa dan malah mempertanyakan.

Seseorang sering mempertanyakan makna. Hidup tanpa rasa, apalah artinya?

Seringkali kita butuh pembuktian. Barangkali pembelaan.. Untuk sesuatu yang tak diperlukan.

Namun kita hampa tanpanya, sekaligus bertanya.. Untuk apa?

Sebuah esensi, eksistensi, dan aktualisasi diri? Itukah yang semua orang cari?

Kita semua butuh pelarian. Tak perlulah dijadikan beban.

Sesekali bersualah dengan kehampaan. Yang mana kelak kan mengingatkan:

Jeda selalu ada pada melodi yang sempurna.

Spasi selalu hadir di antara bait-bait puisi.

Sentimen kerap hadir pada puncak momen.

Alasan pasti ada dalam suatu batasan.

Emosi selalu menyisip ke dalam jiwa tanpa permisi.

Pada akhirnya, hampa perlu ada sebagai penegas semua makna. Tentang peristiwa, dan juga kita. 

Cukuplah terima apa adanya.

Terinspirasi oleh prosa Spasi (1998, Dee Lestari) & lagu Ruang Sendiri (Tulus)

Desember 2019


Komentar

Tinggalkan komentar